Foto studio dan sewa Kimono di Jepang seharga satu buah motor! (Edisi Shichi Go San)

Foto studio dan sewa Kimono di Jepang seharga satu buah motor! (Edisi Shichi Go San)

vidyagatari

Konon biaya foto studio di Jepang itu bisa setara dengan harga satu motor!

Meski begitu saya tetap bermimpi ingin bisa berfoto Kimono dengan keluarga kecil saya. Berhasilkah saya?

Baca juga

Sepotong catatan musim dingin

Jidouhanbaiki: mesin ajaib jual beraneka ragam produk di Jepang

Tokyo Metro Museum : Berpetualang di Kereta tahun 1920-an

Sejak di bangku kuliah, saya sudah kepengen banget bisa berfoto dengan menggunakan kimono. Menurut saya, baju tradisional Jepang ini adalah busana yang anggun, elegan, cantik, namun juga menyimpan rahasia #tsahhh. Tahun 2010, saya sempat pertama kali berfoto menggunakan yukata (kimono musim panas) yang saat itu disewakan pada acara tahunan Mahasiswa Sastra Jepang. I’m so blessed to be part of Literature students.

vidyagatari
Vidya semasa kuliah. Tahun 2010

Selanjutnya, saya pun tertarik berbisnis busana Yukata semasa kuliah di dan masya Allah itu laris banget! Sampai-sampai saya tak sempat memiliki satupun barang dagangan saya karena saking larisnya, Alhamdulillah.

Setelah tinggal di Jepang, kekaguman saya makin menjadi pada busana sarat sejarah ini. Saya pernah berandai-andai untuk bisa mengenakan Kimono Furisode. Itu tuh, kimono berlengan panjang menjuntai yang hanya boleh dikenakan gadis yang berusia 20 tahun dan yang belum menikah. Namun, karena saya sudah 20+ dan sudah menikah, pupus sudah harapan itu, haha πŸ˜…

Kimono Furisode

Selepas melahirkan si kecil, saya sempat meminta pada Allah untuk suatu saat diberi kesempatan untuk berfoto dengan busana Kimono sekeluarga. Namun tentunya harus menunggu momen yang pas dulu agar tidak mubadzir. heheπŸ˜‰

Eh, kenapa mubadzir? Mau foto aja nunggu momen tertentu?

Tunggu dulu, baca dulu tulisan ini hingga habis yak!

Baca juga:

Mamachari, potret kemajuan dan kesederhanaan Negara Jepang

Banjir Sakura di supermarket Jepang

Berburu Sailor Moon saat pandemi di Jepang!

Sore itu sepulang check up kesehatan si kecil, di tengah suhu yang makin mendekati minus alias dingin banget, kami sekeluarga langsung melipir ke salah satu studio foto yang letaknya tak jauh dari Apato kami. FLEUR Photo Studio namanya. Indah bukan? Fleur berasal dari bahasa Perancis yang berarti bunga <3

Studio foto merupakan salah satu studio foto yang menurut saya kece, dengan pilihan kimono dan gaun yang cukup banyak, dan juga memiliki harga yang cukup terjangkau dengan banyak fitur dan pilihan. Untuk lebih lengkapnya bisa dicek di laman berikut, Studio Fleur (mohon maaf, hanya berbahasa Jepang).

vidyagatari
Berbagai macam warna dan corak Kimono Jepang di Studio Fleur.

Nah, saat itu adalah bulan November yang bertepatan dengan perayaan tahunan di Jepang yaitu Shichi Go San. Shichi Go San adalah perayaan untuk anak-anak yang berusia tujuh tahun (Shichi), lima tahun (go), dan tiga tahun (san). Pada tiap tahunnya di bulan November, setiap anak yang tahun itu berulang tahun ke 7 ,5 , dan 3 tahun akan dibawa ke kuil untuk mengekspresikan rasa syukur dan mendo’akan segala kebaikan untuk masa depan si kecil.

Pada hari ini, anak perempuan berusia 3 dan 7 tahun, serta anak laki-laki berusia 5 tahun akan tampak mendatangi kuil Shinto di Jepang sambil mengenakan bisana kimono πŸ‘˜ Waaa, kawaii ne~😻✨❣️

Di rumah ibadah umat Shinto itu, mereka akan didoakan untuk kebaikan pertumbuhannya, kesehatannya, dan juga masa depannya. Anak-anak kecil berkimono ini juga dibekali chitose ame, loh! Chitose ame memiliki arti, permen berusia 1000 tahun. Permen itu merupakan simbol agar mereka selalu diberkahi umur panjang yang β€œmanis” 😍✨(Tulisan saya di akun FLP Jepang).

vidyagatari
Berbagai pilihan gaun (dress), kimono dan hakama.

Pada bulan ini, hampir semua studio foto seantero Jepang akan berlomba memberikan promo, diskon atau apapun itu untuk merayu para orang tua agar datang dan berfoto dengan buah hatinya dalam balutan busana kimono yang luar biasa cantekkk itu.

Tak terkecuali saya yang pengagum kimono inipun sangat menunggu saat-saat ini πŸ˜‚ Karena sejujurnya di tahun sebelumnya, ketika putri saya berusia dua tahun, saya ingin sekali dia bisa berfoto dengan kimono. Namun peraturan di Jepang yang strict dan discipline membuat kami harus bersabar menunggu tahun berikutnya. Haha~

Promo untuk usia tiga tahun, ya harus pas tiga tahun. Meskipun si anak badannya besar dan tinggi seperti anak tiga tahun, tapi kalau umurnya masih dua tahun ya tetap tak boleh πŸ˜‚

Baca juga:

Berkunjung ke Museum Anpanman, karakter Idola anak-anak di Jepang

Banyak banget! Ternyata ini skincare wajib para bayi di Jepang

Nah, pada tanggal 16 November 2020 kami datang dan menanyakan promo yang terpajang gedeee di area depan studio. Tujuan awal kami sebenarnya agar si kecil saja yang berfoto dengan Kimono. Namun, bukan Sales Marketing namanya kalau si Oneesan (Pegawai perempuan yang membantu kami selama di studio) tidak menawari paket pilihan lainnya  πŸ€·β€β™‚️

Tertulis di selebaran itu bahwa Promo Shichi Go San : FOTO GRATIS, SEWA KIMONO GRATIS, SEWA DRESS GRATIS.

Keren kan. Siapa yang ngga mau fasilitas sebanyak itu GRATIS. Pakai Kimono dan Dress yang cukup mewah pula!

Tapiiiii, ternyata nge-print si fotonya itu harus bayar, Gaes!

Untuk mencetak foto, per lembarnya dikenakan biaya 3,000yen atau setara Rp. 417.000,-

Lalu bolehkah untuk minta file fotonya? Boleh banget dong, tapi dengan syarat, file foto yang diminta juga harus dicetak. Dan harga per satu file nya pun sama, seharga 3,000yen. Jadi kalau mau minta filenya, kan wajib cetak fotonya juga tuh, tinggal dikalikan aja, tiga ribu yen dikalikan dua, 6,000yen 😭 #kumenangissss

Tak lama, Oneesannya pun menawari,

“Kalau Papa Mama nya ikut foto, sewa kimono nya hanya nambah 5,000yen saja loh”

Kami berdua sempat melirik satu sama lain, berbisik umik-umik sebentar. Akhirnya jawaban IYA lah yang keluar. Haha~ take all our money, dear Studio T_T

Canggih uga nih marketingnya xD

vidyagatari

Manteman potograper dan pemilik studio di Indonesia, ada yang mau nyontek trik promosi dan marketing ini kah? haha πŸ˜€

Hari itu juga akhirnya kami booking slot foto untuk pekan depan. Ketika booking slot, kami tidak perlu membayar apapun. Kami bebas memilih dan memilah baju dan kimono mana yang akan kami pakai pada hari H nanti. Setelah itu kami juga diberi kesempatan untuk mencoba kimono yang kami pilih dan mereka akan menatanya, namun tanpa obi. Pada hari booking slot, pastikan hati hingga mantap memilihnya ya! Karena takutnya dah ga bisa ganti-ganti lagi ketika hari H.

Pendek kata, saat itu kami hanya booking waktu, mencoba baju and that’s all. Kami tidak perlu melekukan pembayaran awal apa-apa.

vidyagatari
Bismillah. Fitting dulu, Gaes.

Pada hari yang ditentukan bersama, kami pun tiba sesaat sebelum jam yang ditentukan. Usahakan jangan terlambat, lebih bagus tiba 15 menit sebelum jam yang disepakati supaya bisa tenang dan tidak terburu-buru. Kalau terburu-buru nanti bikin keringetan dan make upnya luntur, Bund πŸ˜‚

Setelah disambut hangat, kamipun diminta untuk menunggu sesaat karena mereka hendak memastikan perlengkapan sudah on set semuanya. Waktu dress up untuk Ibu dan anak dilakukan bersamaan. Untuk anak (yang merupakan bintang saat itu, karena produk yang kami pilih adalah promo foto shichi go san) mendapatkan gratis touch up/make up dan hair make. Jadi untuk Bunda, sebisa mungkin dandan di rumah aja ya. Emangnya ga boleh minta tolong didandanin sekalian? Tentu boleh, tapi harus ada perjanjian dulu dan bayar tambahan sendiri ya, Bun😌

Ada sedikit pembicaraan ketika saya pertama kali dibantu mengenakan kimono. Seperti yang kita ketahui bahwa mengenakan busana tradisional khas Jepang ini memerlukan ilmu khusus. Ada aturan dan langkah-langkah yang harus diikuti agar tercipta busana Kimono yang rapi, cantik, elegan, dan elok dipandang. Menjunjung tinggi budaya Jepang dalam selembar pakaian.

Kurang lebih ada sekitar tiga orang dilibatkan dalam proses pemotretan kami kala itu. Satu bertugas mengenakan kimono ke si kecil yang sekaligus sang fotografer, satu bertugas touch up dan menata rambut si kecil sekaligus pengarah gaya, satu lagi seorang ibu paruh baya yang sepertinya paling paham tentang ilmu per-kimono-an.

Ketika pertama kali menemui saya yang berjilbab cukup panjang, beliau terlihat sedikit shock.

Ibu Kimono: Penutup kepalanya dibuka ya?

Saya: Eh, tidak. Saya tetap mengenakan kerudung ini.

Ibu Kimono terlihat agak kaget. Beliau seperti menyayangkan jika kerudung saya tetap dilabuhkan panjang begitu akan menutupi bagian depan Kimono yang merupakan salah satu keindahan dalam busana istimewa ini. Saya yang menangkap maksud beliau, buru-buru menenangkan sembari dibantu suami menerjemahkan. Kami menjelaskan bahwa kerudungnya bisa dimasukkan di dalam Kimono, namun kepala saya tetap terbalut kerudung. Kali ini beliau seperti meragukan.

Ibu Kimono: Tidak apa-apakah (kerudungnya) ditutupi kimono ?

Saya jawab dengan yakin, “Mochiron daijyoubu desu (tentu saja boleh)

Proses pemakaian Kimono sungguh cukup lama daannn tidak mudah. Ada sekitar sedikitnya lima lapis yang harus saya kenakan.

  • Lapisan pertama berupa inner Kimono yang tipis berwarna putih, setelah itu perut saya diberi semacam stagen yang Subhanalloh rasanyaa bikin saya auto langsing siang itu😌 Oia, pastikan jangan makan terlalu banyak yang berdekatan dengan jadwal mengenakan kimono ya, jangan juga makan pedas-pedas. Karena saya yakin akan cukup menyiksa perut dan rempong nantinyaπŸ˜„
  • Setelah itu ada lagi lapisan di atas stagen itu, lalu ada kimono dalam yang cukup tebal berwarna putih.
  • Setelah itu kimono collar, selanjutnya ditumpuk dngan lembar terakhir kimono terluar.
  • Tidak selesai sampai disitu, untuk “mengunci” lembaran-lembaran lapisan di dalam tadi, ada mini obi yang diikat pada bawah dada dan pinggang,
  • lalu datanglah Obi atau semacam sabuk kimono panjang dan lebar mengitari perut saya, ditambah beberapa sumpelan di dalamnya yang membuat perut saya makin langsing, haha.
  • Setelah itu baru dipercantik dengan obijime atau tali terluar pada Obi dari Kimono.

Well, sekali lagi, saya sarankan jangan makan terlalu kenyang dan jangan makan pedas-pedas sesaat sebelum foto ya Bunda-Bunda πŸ˜€

Untuk Kimono anak apakah seribet itu juga? Tentu tidak. Kalau ribet keburu anaknya bete yes xD

Terutama untuk anak yang berusia tiga tahun yang memang berbeda dengan kimono untuk anak usia tujuh tahun. Kimono anak usia tujuh tahun terasa lebih mirip kimono wanita dewasa yang cukup rumit.

Kimono anak untuk usia tiga tahun kali ini susunannya lebih sederhana. Ada semacam dress dalam, Kimono luar dan rompi. Dipermanis dengan brooch manis di sisi kanan kiri.

Sebelum mengenakan kimono, kakak di studiopun meminta izin pada kami, orang tua, “apakah boleh mengenakan make up pada si kecil agar lebih cakep di depan kamera?”

Sebagai Ibu, tentu saja saya oke namun tetap harus memperhatikan apakah ada biaya tambahan? apakah make upnya cukup bersih?. Karena tiada biaya tambahan (ini penting :D) dan make upnya juga terlihat kebersihannya, kamipun oke. Dan, yes! Ini adalah momen pertama si kecil mengenakan make up dan anting-anting πŸ˜… πŸ˜‚πŸ’–

Maklum, budaya di Jepang, anak perempuan tidak dipakaikan anting-anting. Anak perempuan boleh memakai anting-anting hanya ketika ia sudah dewasa dan memiliki keputusan sendiri secara sadar untuk memasang anting-anting pada telinganya.

vidyagatari
Atas: pilihan zori (alas yang digunakan ketika mengenakan kimono). Bawah: My first time having make up on! Alhamdulillah Masyaa Allah.

Nah, ketika saya dan si kecil dah sparkling dan splendid dengan kimono masing-masing, gantian sang Ayah yang masuk ke ruang ganti. Sementara menunggu Ayah berganti baju, putri kami langsung diarahkan ke studio untuk langsung dihadapkan ke kamera. Jadi tak ada waktu terbuang untuk saling menunggu.

Oia, ketika masuk ke studio, pengunjung tidak diperkenankan memotret yaπŸ˜‰

Baca juga:

Mengintip gaya Apartemen di Jepang ( Japan Apartment Tour)

Tips ala Masyarakat Jepang dalam bersosial media (Millennial Tips)

Kashiwamochi: Sajian persembahan Dewa pada Hari Anak Laki-Laki

Setelah memilih latar, memilih properti foto, si kecil langsung siap bergaya. Selain dibantu oleh kakak-kakak studio untuk mengarahkan gaya, si kecil pun bebas berpose sesuka mereka. Si kecil juga bebas memilih properti foto sesuka mereka, ada bunga, boneka, tas, mainan dan lain sebagainya. Makin banyak pose dan gaya, makin bagus tapi makin pusing juga nanti milihnya πŸ˜‚

Kakak studionya ramah sekali, kami ditawarin untuk ganti background dan diarahkan berpose untuk foto keluarga yang cucokπŸ˜‚

Setelah kelar foto si kecil dengan busana kimono dan foto keluarga, si kecilpun langsung diarahkan untuk segera ganti baju pilihan kedua yaitu long dress favorit dia. Kala itu masih populer Princess Elsa Frozen ya Bun πŸ˜‚jadinya dia pilih dress panjang warna biru yang berlengan pendek. Sebelumnya kami izin, apakah boleh mengenakan inner lengan panjang? dan mereka jawab OK. Akhirnya, pada saat pemotretanpun putri kami mengenakan gaun itu dengan lengan panjang yang tetap sopan dan cantik, masyaa Allah tabarakallohu.

Karena berganti kostum, otomatis berganti pula asesoris yang dikenakan si kecil. Masya Allah melihat si kecil tersenyum ketika didandanin gini aja saya jadi mellow. Rasanya waktu cepat sekali berlalu, yah! Bayi kecil yang dulu selalu bersama saya kemana-mana, sejak dalam kandungan hingga lahir sebagai bayi imut nan merah, sekarang masyaa Allah sudah berusia tiga tahun πŸ’–Terima kasih Ya Allah.

Setelah sekitar dua jam berlalu, usai juga semua sesi foto kimono, keluarga dan dress. Si kakak studio pun menawari lagi,

“apakah mau ganti kostum yang lain lagi?”

Oh, No thanks! 🀣

Pingin sih pingin, tapi umur ga bisa bo’ong ya say, kami sudah keliyengan banget dalam dua jam sesi pemotretan tadi. Masyaa Allah πŸ˜‚πŸ₯΄

Jangan lupa abadikan situasi ketika pemotretan selama di luar studio, karena akan menjadi kenang-kenangan dikemudian hari. Bisa juga buat ditaruh di blog seperti saya hehe ☺️

vidyagatari
How beautiful this kimono isπŸ₯° Masyaa Allah tabarakallohu. Dibalik kimono yang cantik, ada lima lapis kain yang berdesakan di dalam πŸ˜€

Setelah usai kami semua berganti baju, kamipun diminta untuk menunggu sebentar karena foto sedang proses transfer dari kamera ke komputer. Selanjutnya kami diminta memilih foto. Jujurly, cara memilih fotonya sangat unik. Jadi kita diminta untuk memilih foto mana yang paling disuka dari setiap dua foto. Untuk foto yang memiliki “likes” terbanyak, diminta memilih dan diseleksi lagi hingga menghasilkan beberapa foto yang kami ingin benar-benar print.

Untuk foto ukuran postcard, per lembarnya dibanderol seharga 3,000 yen atau sekitar Rp.417.000,- dan ukuran family photo seharga 4,500 yen atau sekitar Rp.625.000,-. Ada juga paket foto seharga 108,000 yen (sekitar Rp.15.000.000,-)😱 😨 , 80,000 yen (sekitar Rp.11.000.000,-) 😨 😰yang sudah termasuk album fotonya. Ada juga pilihan untuk dijadikan gantungan kunci seharga 800 yen atau sekitar Rp.111.000,-. Yah, bisa disesuaikan kebutuhan saja ya, Bunda Panda ☺️

Setelah proses pemilihan foto dan pembayaran selesai, maka kita akan diberi kwitansi dan diminta menunggu sekitar dua bulan untuk kemudian dihubungi kembali untuk mengambil foto jadinya. Faktanya, alhamdulillah hanya sekitar satu bulan saja kami sudah dihubungi bahwa foto kami sudah jadi dan siap diambil. Yay! Alhamdulillah.

vidyagatari
πŸ’– πŸ’˜ πŸ’ Masyaa Allah tabarakallohu πŸ’• πŸ’ž πŸ’“ πŸ’—

Fiuh, cukup panjang ya ceritanya πŸ˜… πŸ˜‚Proses menulisnya pun cukup panjang, dari pembuatan draft pada November 2020 hingga sekarang baru jadi tulisannya, gaes πŸ˜…Nggak papa, at least, dah jadi! Alhamdulillah 🌸

Oia, selain menyediakan jasa foto, persewaan kostum, dan jasa make up, umumnya mereka juga menjual berbagai perlengkapan kimono dan yukata, loh! Dari kaos kaki kimono hingga jepit rambut dan brooch yang dikenakan dengan yukata. Lengkap!

Baca juga:

Perabot β€œAneh” tiap musim hujan di Jepang

Lemari-lemari lucu ini ternyata isinya SAMPAH !!!

Berbagai perlengkapan tradisional yang dijual, untuk dikenakan bersama Kimono dan Yukata Jepang.

Nah, bagaimana menurut teman-teman tentang pengalaman kami mencoba studio foto di Jepang ini? Apakah ada dari teman-teman yang tertarik mencoba berfoto di studio Jepang?

Yuk, kita diskusikan bersama di kolom komentar, ya!

Adakah yang terinspirasi dari cerita kami dan berminat membuka jasa foto studio di Indonesia yang sekarang mulai ditinggalkan peminatnya? Siapa tahu konsep bisnis seperti Jepang ini bisa dimodifikasi di negeri kita tercinta. Bagaimana pendapat kamu?

Atau mungkin ada yang mau jastip kimono, yukata dan asesorisnya dari Jepang? πŸ˜„Boleh banget, bisa kepoin akun jualan saya di Chukorosm, ya!

Dan semoga cerita ini dapat membantu para keluarga yang mungkin berencana untuk mencoba foto keluarga atau foto kimono di salah satu studio Jepang yang kurang lebih prosesnya mirip dengan pengalaman kami.

Jangan lupa selalu bahagia, bersyukur dan selalu menebarkan kebaikan pada sesama. Mohon maaf lahir batin.

Terima kasih banyak sudah berkenan membaca artikel ini. Last but not least, semoga ada kebaikan, keberkahan dan hikmah yang dapat diambil dari pengalaman dan tulisan kami kali ini, ya! Saran kritik bisa langsung ke surel vidyayupi@gmail.com, atau instagram @vidyagatari .  Terima kasih Ζͺ(Λ†β–½Λ†)Κƒ

4 Replies to “Foto studio dan sewa Kimono di Jepang seharga satu buah motor! (Edisi Shichi Go San)”

  1. MasyaAllah tulisannya jelas sekali menggambarkannya mom,
    Jadi mom vid** kena berapa? , saya niatnya 1-2 man aja tapi apalah daya kena juga hampir 7 man an

    1. Senseiiii, terima kasih dah berkenan mampir, Sensei😍✨Pasti Sensei favorit kami niiiβœ¨πŸ™πŸΌπŸ˜

      Kemarin juga rncana 2man tp keluar sekitar 3man-an Sensei πŸ˜‚ Gara2 minta photo file juga yg per filenya 3,000 yen🀦🏻padahal mah bisa discan aja kl buat kirim ke keluarga di Indonesia. Dan dari file yg dibeli itu kecil kmgkinan untuk kami print ulang hehe πŸ˜‚

      Tapi teteupp jadi pengalaman yg berkesan y Sensei, foto dengan busana kimono πŸ‘˜ sekeluarga 😍✨✨

  2. Jadi penasaran sm aikoo🀭
    Btw sedih nih mbaa aku kemarin ga sempet 🀣🀣
    Ideny boleh jg yaa diterapkan di tanah air, mengadopsi model bisnis kimono d Jepang seperti tulisan mba, seru sepertinya

Bagaimana tanggapanmu? Mari berbagi ^_^

error: Content is protected !!