Sepotong catatan musim dingin
MasyaAlloh Tabarakallohu
Bisa jadi menulis sebenarnya adalah sarana untuk bercerita. Menceritakan banyak hal yang seringkali lebih susah dirangkai dalam bahasa lisan, maupun menceritakan sesuatu yang tidak sempat diutarakan dalam percakapan karena terbatasnya waktu. Oleh karena itu, ibu beranikan diri kembali menyusun kata demi kata dan berharap bisa menjadi pribadi yang lebih baik setelah menuliskannya.
Menemani mu belajar setiap harinya selalu meluapkan perasaan dan pengalaman yang baru,nak. Ketika baru saja ibu merasa ibu telah berhasil memenangkan hatimu, beberapa detik kemudian ibu merasa payah karena lagi-lagi ibu melakukan kesalahan yang membuatmu sedih. Sebanyak apapun ibu meminta maaf, tak lama kemudian ibu melakukan kesalahan lagi. Maaf ya nak.
Sebenarnya yang paling banyak belajar di sini adalah ibu, yang paling banyak tidak tahu adalah ibu. Dan hebatnya, kamu adalah seorang pemaaf yang handal. Tidak ada dendam sama sekali di mata bening mu meskipun Ibu tidak membiarkanmu menyentuh ponsel ibu, melarangmu memasukkan barang-barang di etalase toko secara acak dan menyerahkannya ke tante di meja kasir, berkata “jangan” ketika kamu mulai mendekati tombol pemanas ruangan, dan banyak hal lain yang sebenarnya sudah ibu persiapkan untuk tidak ibu lakukan padamu dan nyatanya ibu lemah, ibu tetap saja mengeluarkan kata “jangan” dan melarangmu dalam rasa penasaran yang teramat kuat. Setelah itu, tetap ada mata yang bercahaya terang dan senyum yang mengembang menampilkan gigi putih lucu tiap kali kamu menatap Ibu. Terima kasih.
Kamu adalah seorang anak pertama yang kuat, yang selalu menjadi saksi “trial and error”/”uji coba” seorang Ibu yang baru saja menjajaki dunia rumah tangga dan pengasuhan.
Di usia mu yang sudah lebih dari satu setengah tahun ini dan alhamdulillah kemampuan berkomunikasi mu yang sangat mengagumkan, seharusnya ibu sudah paham bahwa tangisan mu bukan lagi sekedar sarana untuk berkomunikasi seperti hal nya ketika usia mu baru 30 hari. Air mata bening mu adalah ungkapan bahwa ada yang membuatmu tidak nyaman. Harusnya Ibu tahu itu, namun Ibu masih belajar nak, sekuat tenaga Ibu mencoba mempraktekkan apa yang pernah ibu baca di buku-buku tebal tentang parenting dan seminar daring. Pengetahuan yang tiba-tiba harus dipelajari secara cepat sebelum kehadiranmu dan ketika kamu mulai bertumbuh kembang. Mungkin terdengar terlambat, namun ibu tak menyesal.
Ibu juga wanita biasa yang memiliki mood naik turun, perasaan yang kadang bisa tidak beraturan. Yang ketika kurang tidur bisa menyebabkan susah mengontrol emosi, walaupun sebanyak apapun ayahmu yang sepulang bekerja berusaha menyediakan waktu dan mendengarkan cerita ibu yang panjang lebar namun seringkali ibu masih merasa kurang. Namun ibu akan terus berusaha menjadi teman bermain mu yang terbaik, nak. Teruslah percaya pada Ibu.
Jepang, 05:37
13 Desember 2018
3 Replies to “Sepotong catatan musim dingin”
Aahhh, sweet banget suratnya mba. Dan kalau nanti si adek baca pas dia besar, pasti hatinya langsung hangat dan terharu🤗..
Tapi memang saat menjadi ibu, itulah proses belajar yg sebenernya. Ga ada kata lulus. Krn setiap saat selalu ada hal baru yg kita pelajari Yaa. Berbeda anak, berbeda juga proses belajarnya :).
Hihi, terima kasih banyak Kak Fanny 🥰 Betul sekali, belajarnya setiap hari dan seumur hidup y, Kak 💓Hati saya juga langsung hangat nih membaca pesan dari Kak Fanny 😉💝 sehat-sehat selalu bersama keluarga tercinta ya, Kak.