Riuh Festival Sekolah

Riuh Festival Sekolah

Festival sekolah telah usai. Si kecil dan teman-teman seangkatannya berkesempatan menunjukkan kepiawaiannya bermusik dengan media pianika (piano harmonika), disambung dengan menyanyikan lagu rancak khas yang menggambarkan kegembiraan anak-anak. 

Pertunjukkan anak di sekolah, apapun judulnya, selalu sukses membuat pipi ini menjadi media yang licin untuk air mata bisa berselancar jatuh. Masyaa Allah..

Dipandu dengan ayunan tangan penanda irama dari sang Guru dan juga diiringi piano oleh salah satu siswa yang amat piawai memainkan alat musik klasik ini. Kata si kecil, temannya tersebut terpilih bukan tanpa sebab. Dia pernah memenangkan kompetisi piano yang diadakan di Jepang. Masyaa Allah..

Setelah pertunjukkan per kelas, murid dimanjakan dengan festival yang dibuat memang hanya untuk anak yang bersekolah di sana. Orang tua yang bukan volunteer program pun tidak boleh ikut masuk area sekolah. Nah, saya yang ingin sekali tahu bagaimana program sekolah berjalanpun, tak mau ketinggalan dong! 

Saya mendaftarkan diri sebagai salah satu anggota Klub Membaca di Sekolah yang dibuat untuk para Orang Tua Siswa yang memiliki ketertarikan di bidang sastra. Nah, kemarin, klub kami berkesempatan untuk menghadirkan Pertunjukan Teater yang dapat menyala dalam gelap! Wow, penasaran gak tuh?

Teater Menyala dalam Gelap

Tema ceritanya tentunya tentang cerita Jepang jaman dahulu yang turun-temurun diceritakan ke anak cucu sebagai salah satu warisan kebanggaan. Saya amat menikmati bergabung di klub ini, karena selain bisa melatih bahasa Jepang tingkat percakapan dan mendengar, saya juga belajar kosakata yang lazim digunakan oleh masyarakat Jepang zaman dahulu.Wah, Alhamdulillah, saya kembali lagi belajar tentang sastra! Ya, kali ini SASTRA JEPANG!

Meskipun sudah lama meninggalkan bangku sekolah dan mengajar, saya yakin ilmu yang saya pelajari pasti akan terpakai lagi dan lagi. Saya jadi menemukan keterkaitan dengan ilmu yang saya nikmati di bangku sekolah dan gedung Ilmu Budaya dahulu. Semakin yakin bahwa sekolah dan belajar setinggi apapun tidak akan ada ruginya, berlaku untuk semua gender. Sekolah dan belajar setinggi, sejauh mungkin selagi mampu. 

Di kalangan tetangga dan teman Indonesia sini, saya mungkin terkenal introvert, agak susah diajak keluar dan penganut paham “baiti jannati” xD Tapi ketika di sekolah anak saya, Alhamdulillah saya menikmati perlahan sapaan ketika saya hendak tampil dan membacakan cerita, ketika berjalan di lorong maupun lapangan sekolah, bahkan ketika di supermarket, seperti,

 “Halo Ibunya A chan!”

“Halo Ibunya A chan yang suka Sailor Moon” :3

Saya berusaha semampu saya untuk mengikuti acara sekolah. Saya sadar, keluarga kami orang asing. Jika kami tidak membaur, mereka mungkin akan takut berdekatan dengan kami. Apalagi ditambah kabar media tentang orang asing di Jepang, yang mungkin jika saya yang mengalaminya(menjadi masyarakat lokal) juga akan berpikir serupa. Pun, ikut kegiatan sekolah juga cara saya sesekali melihat proses belajar anak saya di sekolah. Karena tak bisa sembarangan keluar masuk area sekolah jika tak ada kepentingan khusus.

Pertunjukkan Teater Cerita Jepang kemarin benar-benar di luar dugaan. Saya datang dari pukul 9.45 pagi hingga 15.00 sore hari. Di jam 12, beberapa anak SMP dari beberapa sekolah berbeda, datang menjadi volunteer di festival hari itu. Saya baru tahu bahwa anak kelas 1 dan 2 SMP wajib mengikuti kegiatan masyarakat dengan menjadi volunteer di berbagai acara di sekitar rumah mereka, mungkin itu salah satu cara Pemerintah Jepang membuat anak mudanya membaur dengan masyarakat. 

Dengan menjadi volunteer di berbagai acara masyarakat atau sekolah sekitar, mereka akan mendapatkan stamp dan poin yang diperlukan untuk masuk ke SMA favorite mereka kelak. Tugas ini hanya untuk kelas 1 dan 2 SMP, karena kelas 3 harus fokus pada ujian dan kelulusan. Keren ya! 

Pertunjukkan diadakan dua kali dalam sehari pelaksanaan Festival. Gelombang pertama, teater cukup penuh siswa yang datang dan ingin tahu apa itu Teater yang dapat Menyala dalam Gelap. Anak saya saya suruh segera masuk supaya dapat tempat duduk depan, supaya puas menyaksikan penampilan Ibunya ini. Hehe..

Gelombang kedua, Ibu Kepala Sekolah turut serta hadir menyaksikan dari kursi paling belakang. Tanpa kami sadari, gelombang kedua membeludak! Ruangan tidak cukup. Beberapa ada yang rela duduk di lantai tanpa tikar dan berdiri! Hanya demi menyaksikan Teater kami. 

Sang ketua club memberi tahu kami bahwa meskipun sudah terasa penuh, ternyata di luar pintu masuk, antrian siswa yang ingin menonton semakiin panjang dan tertahankan. Kami senang sekaligus bingung. Ternyata banyak yang tertarik dengan pertunjukan kami. Saya berdo’a memohon kemudahan. Alhamdulillah tak lama semua siswa berhasil masuk, tentunya dengan keadaan yang sedikit kurang kondusif. Berdesakan, tapi kami saling bekerja sama, jika ada yang tidak nyaman, bisa izin keluar. Karena memang seberdesakan itu dan di dalam ruangan yang tertutup .

Do’a saya makin kencang, memohon untuk dimudahkan untuk memberikan yang terbaik. Supaya rasa berdesakan mereka terbayar dengan pertunjukan cerita yang memuaskan.

Backstage

Alhamdulillah, 10 menit pertunjukan berlalu. Riuh tepuk tangan menggema di ruangan. Beberapa dari mereka berteriak,

“Menarikkk sekali ceritanya!”

“Menyenangkan!”

“Aku suka pertunjukannya!”

Alhamdulillah, sungguh perasaan yang sulit sekali untuk ditulis di sini. Begitu meluap, terharu dan Masya Allah banget pokoknya. Ketika usai acara, semua siswa yng hadir mendapatkan stamp dan hadiah special dari kami, makin senanglah wajah mereka. Alhamdulillah.

Hadiah spesial bagi semua yang hadir. So cute!

Pertunjukan dan festival pun usai, kami membersihkan ruangan seperti keadaan waktu awal sebelum kami gunakan, mengambil sampah dan segala properti, dan kami mengangkut properti pertunjukan dari lantai satu ke lantai empat dengan menaiki tangga. Hal lain yang menakjubkan juga adalah salah satu member senior yang cukup sepuh, biasa saja bolak balik dari lantai satu ke lantai empat. Rambut beliau sudah menunjukkan usia yang sudah sangat senior, tapi badan beliau cantik dan tegap. Kok bisaa sihh T_T Hosh..hosh..hosh…

Di perjalanan mengangkut ke lantai empat, beberapa siswa berhasil masuk menyapa kami, mengucapkan sekali lagi,

“Pertunjukannya bagus, terima kasih ya!”

Wow!

Saya menimpali mereka yang berwajah ceria itu,

“Terima kasih banyak sudah berkenan datang yaaa, datang lagi di pertunjukan kami selanjutnya ya!”

Mereka menjawab dengan anggukan penuh senyum. Wah, hati ini terasa penuh hari itu. Alhamdulillah.

Masyaa Allah tabarakallohu.

Jepang, 10 November 2024

One Reply to “Riuh Festival Sekolah”

Bagaimana tanggapanmu? Mari berbagi ^_^

error: Content is protected !!