Jepang dan Kantong Ajaib!
Dunia sedang ramai Piala Dunia. Momen yg ditunggu-tunggu pecinta bola yang sayang untuk dilewatkan.
Di awal pembukaannya, negara Jepang sudah “mencuri” jutaan mata dunia dengan budaya beberes yang dibawa ke panggung kompetisi di negara Qatar. Bagaimana tidak, para suporter Jepang tanpa tedheng aling-aling langsung mengeluarkan “kantong ajaib”nya dan memungut, mengambil, membersihkan semua sampah yang ditinggal pemiliknya di deretan tribun penonton😱
Mereka sungguh-sungguh fokus mencari sampah, mengumpulkan dan memasukkannya ke dalam kantong ajaib yang sengaja mereka siapkan sendiri.
Mereka bereskan semuaaa sampahh yg ada, nggak peduli sampah bekas siapa, sejijik apa, nggak peduli hari itu pertandingan antara siapa dan siapa. Dan, nggak ada yang peduli, kegiatan mereka hari itu perlu diupload di sosmed atau nggak. Nggak ada acara beres-beres sampah sambil selfie 🤳, nggak ada!
Nggak ada acara beres-beres sampah sambil selfie 🤳, nggak ada!
Hal ini mengingatkan saya dengan kegiatan kecil yang saya alami belakangan ini. Apakah ituuu?
Kamu nanyea? bertanyea tanyea? 🫣🫢
Beberapa kali dalam sepekan, setiap usai pulang sekolah, para Ibu yang menjemput anaknya sekolah, mengajak saya dan si kecil untuk meng-eksplore taman-taman bermain yang letaknya tak jauh di sekitaran sekolah.
Bermain di taman gratis yang disediakan pemerintah setempat, biasanya di dalamnya terdapat fasilitas ayunan, perosotan dan berbagai alat bermain anak maupun sarana olahraga bagi dewasa.
Meskipun sebenarnya ketika pulang jemput si kecil, rasanya ingin langsung pulang saja, ingin bobo ciank gitu😅 Tapi saya pikir, saya harus menyempatkan diri berbaur dengan para Ibu teman sekolah anak saya.
Kami sekeluarga adalah orang asing di sini, itu sudah jelas. Dahlah kulitnya paling eksotis, suaranya kalau teriak paling melengking, nek sambatan ya paling akeh, plus pake penutup kepala ini, loh. Seperti ninja 🥷 tapi bukan 🤨😅
Toh, dengan adanya waktu bermain ke taman sejenak ini, saya dapat sekaligus praktek bahasa Jepang gratis dengan para Ibu, si kecil pun jadi ada waktu bermain sedikit lebih lama dengan teman sekolahnya.
Kami harus menikmati dan mengambil peluang baik di setiap momen momen yg ada😎
Setelah keluar dari pintu gerbang sekolah, kami berderet bersepeda onthel menuju taman bermain.
Oia, di Jepang, para Orang Tua disarankan jalan kaki atau bersepeda onthel jika mengantar dan menjemput anaknya. Meskipun kau direktur, artis, pejabat, nggak boleh ngantar pakai motor, mobil apalagi jet pribadi ya gaes ya!
Dikhawatirkan akan ada kesenjangan sosial antara si ini, si ina dan si inu😊
Karena keluar sekolah sekitar pukul 2:15 siang, tiba di taman biasanya sekitar pukul 2:30. Setelah bermain dengan fasilitas yang tersedia di taman, biasanya anak-anak dah mulai laperr 😥
Nah, pukul 🕒 3:00 hingga 4:00 di Jepang itu ada yang namanya Oyatsu jikan atau Snack time alias waktunya ngemil 😋
Para Mama dengan sigap mengeluarkan kantong ajaib yang berisi aneka makanan ringan seperti kerupuk beras (senbei)🍘, jelly buah🍡, permen ramah anak🍬, kukis🍪, dll.
Tidak ada aturan resmi tertulis untuk harus bawa snack dan saling berbagi, sih. Tapi ketika Snack Time tiba, semua langsung berhenti bermain, meninggalkan papan perosotan, ayunan, jungkat jungkit, pasir, dan sebagainya. Dan berlari cuci tangan atau mengenakan sanitizer, lalu langsung saling menyodorkan kantong snack masing-masing.
👧🏻: Oyatsu douzo! (Ini ada snack, silakan ambil)
🧒🏻: Arigatou! kochi mo douzo. (Makasih! aku juga ada nih, silakan ambil)
👦🏻: Aku juga ada ini, silakan ambil. Ambil dua juga boleh!
Begitu kurang lebih riuh suara anak-anak saling membagikan snack mereka. Bagi yang tidak membawa snack pun tak apa, tetap kebagian snack dari teman lainnya dan tetap bermain rukun bersama. Semuanya senang✨✨
Alhamdulillah.
Dan ada kebiasaan unik yang saya amati, setiap anak yang ditawarin snack oleh temannya, ia akan mengambil CUKUP SATU. SEBIJI. Satu cukup untuk dirinya sendiri.
Nggak sak ombyokan atau sebanyak mungkin koyok cilikanku mbiyen🫢 (Tidak mengambil secara rakus seperti zaman saya kecil)
Setelah semua sudah menerima snack, mereka kemudian bergerombol duduk menepi dan makan snack bareng sambil bercengkrama ala toddlers 😂
Oh, indahnya masa TK di sini😂😂
masyaa Allah
TK ku duluuu tak beginiiii 🎤🎼😂
Tak lama setelah kunyah-kunyah time, PASTI terdengar suara dari mereka.
👧🏻🧒🏻👦🏻: Mamaaaaa, gomiiii! (Mama, ini sampahnya)
Sambil tangan-tangan kecil itu mengepalkan kumpulan plastik kemasan makanan ringan mereka.
Jadi, selama mereka mengupas bungkus snack, sampahnya mereka taruh di saku, setelah terkumpul mereka akan berdiri, lihat kanan kiri memastikan tak ada sampah yg terjatuh mengotori taman, setelah itu mereka akan memberikan sampah itu ke Mama masing-masing.
😱😱
Lagi-lagi, satu kantong ajaib pun muncul.
Yaitu, Kantong sampah snack!! Setiap Mama pasti bawa, dan sambil saling ngobrol, mereka memastikan bahwa tak ada sampah kemasan makanan tertinggal di sekitar anak-anak mereka di taman.
Dan setiap Mama dengan sigap dan berlomba-lomba menadahkan kantong sampah ke siapaaa saja yang mau buang sampah kemasan snacknya.
Kalau sudah begitu, pasti akan terdengar percakapan,
👱🏻♀️: Maaf dan makasih,ya! Tadi sudah menampung sampah anakku. Boleh kasih ke aku aja sini sampahnya biar aku buang.
👩🏻🦰: Eh, nggak masalah Sist, cuma gitu doang kok.
Begitu kira-kira 😁
Uwooooo😱😱😱
Masyaa Allah tabarakallohu
Jadi, jangan heran jika para supporter Jepang di Piala Dunia tahun ini tiba-tiba mengeluarkan Kantong Ajaib untuk “menggegerkan” bumi. Dan itu tidak terjadi sekali dua kali dan minim ekspos media lho, ya! Lhawong memang dari kecil sudah “dicekoki” gaya hidup dan budaya yang seperti itu.
Saya jadi berpikir, mungkin di Jepang ini ga cuma Doraemon yang punya KANTONG AJAIB 🤔
Kalau di tempat kamu, ada kantong ajaib apa aja? Yuk cerita!
Asal jangan kantong ajaib Bapake yang kalau pas kita cuci tiba-tiba nemu harta karun alias uang kertas biru, yak! 😂
Terima kasih banyak sudah berkenan membaca pengalaman kami hari ini. Last but not least, semoga ada kebaikan, keberkahan dan hikmah yang dapat diambil dari pengalaman dan tulisan saya kali ini, ya! Saran kritik bisa langsung ke surel vidyayupi@gmail.com, atau instagram @vidyagatari . Terima kasih ƪ(ˆ▽ˆ)ʃ